13 Jenis Kamera untuk Fotografi, Pengguna Wajib Tahu!

Dalam dunia fotografi yang terus berkembang, memahami berbagai jenis kamera untuk fotografi menjadi langkah awal yang penting bagi siapa pun yang ingin menekuni hobi atau profesi ini. Setiap jenis kamera memiliki keunggulan, kelemahan, dan kegunaan yang berbeda tergantung pada kebutuhan pengguna, mulai dari kamera saku yang praktis hingga kamera mirrorless dan DSLR yang canggih.

Bahkan kamera medium format dan kamera aksi pun punya peran tersendiri dalam situasi tertentu. Artikel ini akan membahas secara lengkap 13 jenis kamera untuk fotografi yang wajib diketahui, baik untuk pemula maupun profesional.

Dengan memahami karakteristik masing-masing, kamu dapat menentukan pilihan terbaik sesuai gaya memotret dan tujuan penggunaanmu. Jangan sampai salah pilih hanya karena kurang informasi. Mari kita telusuri bersama perbedaan setiap kamera agar kamu bisa memaksimalkan hasil foto dan mengembangkan kreativitasmu di dunia fotografi.

13 Jenis Kamera untuk Fotografi

kamera untuk fotografi

Penasaran apa saja 13 jenis kamera untuk fotografi yang bisa kita ketahui? Ini ulasan lengkapnya untuk dibahas satu per satu.

1. Compact Digital/Point-and-Shoot Cameras

Salah satu kamera untuk fotografi adalah Kamera kompak digital, sering disebut point-and-shoot adalah jenis kamera yang paling ramah pengguna. Dengan bodi yang kecil dan ringan, kamera ini cocok dibawa bepergian tanpa repot membawa lensa tambahan atau rol film.

Cukup arahkan kamera ke subjek, tekan tombol rana, dan hasil foto yang terpapar dengan baik akan langsung tersimpan. Semua pengaturan seperti kecepatan rana, bukaan, ISO, dan fokus diatur otomatis oleh sistem, sehingga pengguna bisa fokus pada komposisi dan momen yang ingin diabadikan. Meskipun demikian, fleksibilitas kreatif terbatas karena pengguna tidak dapat menyesuaikan shutter speed atau aperture sesuai keinginan.

Sensor yang relatif kecil menghasilkan foto dengan resolusi dan kemampuan low-light yang lebih rendah dibandingkan DSLR atau mirrorless. Zoom optik pada kamera kompak juga biasanya terbatas, dan noise lebih mudah muncul pada ISO tinggi.

Namun, dengan harga yang terjangkau, portabilitas, dan kemudahan penggunaan, kamera kompak digital tetap menjadi pilihan ideal bagi pemula atau mereka yang mengutamakan kemudahan dan kepraktisan dalam fotografi sehari-hari.

2. Bridge Cameras

Bridge camera mengisi celah antara point-and-shoot dan sistem kamera dengan lensa yang dapat diganti (interchangeable lens camera/ILC), ini menjadi salah satu jenis kamera untuk fotografi yang bisa kita ketahui. Ciri khasnya adalah rentang zoom panjang, misalnya 24–600 mm pada Sony RX10 IV, serta kendali manual sebagian, termasuk pengaturan kecepatan rana, bukaan, dan ISO.

Bridge camera umumnya memakai sensor 1 inci, lebih besar dari kamera kompak standar, sehingga mampu menghasilkan kualitas gambar lebih baik, terutama dalam kondisi cahaya menantang. Kamera ini biasanya dilengkapi jendela bidik elektronik, bodi yang ergonomis, dan beberapa model dilengkapi ketahanan cuaca.

Pengguna yang “lulus” dari kamera saku namun belum siap atau tidak ingin repot mengganti-ganti lensa, akan menemukan bridge camera sebagai solusi serbaguna. Meski lebih besar daripada kompak, bridge camera lebih kecil dan lebih ringan daripada DSLR atau mirrorless bersensor besar.

Kendati demikian, kecepatannya dalam memotret beruntun atau autofocus masih kalah dibanding ILC, dan lensa tetap tunggal sehingga kurang ideal untuk kebutuhan sudut ultra-wide atau bokeh ekstrem.

3. Digital SLR Cameras

DSLR (Digital Single-Lens Reflex) adalah jenis kamera untuk fotografi yang diandalkan para fotografer profesional untuk kualitas dan fleksibilitas tinggi. DSLR menggunakan cermin internal yang memantulkan cahaya dari lensa ke jendela bidik optik, memungkinkan framing dengan presisi.

Sensor besar, baik full-frame (36×24 mm) maupun APS-C, menyuguhkan gambar tajam, detail, dan bokeh halus. Beragam pilihan lensa, mulai dari ultra-wide hingga super-telefoto, mendukung berbagai genre fotografi, dari lanskap hingga olahraga.

Selain mode otomatis, DSLR menawarkan kontrol manual penuh atas shutter speed, aperture, dan ISO, bahkan menghasilkan video Full HD hingga UHD. Merek seperti Canon dan Nikon dominan di pasar ini, dengan varian entry-level yang terjangkau serta model high-end untuk keperluan komersial.

DSLR cenderung lebih besar dan berat, serta memerlukan pengetahuan teknis lebih untuk memaksimalkan fitur. Namun, kualitas gambar, kecepatan autofocus, dan daya tahan baterai yang baik menjadikannya pilihan utama bagi banyak fotografer serius.

4. Mirrorless Cameras

Mirrorless camera menghilangkan mekanisme cermin pada DSLR, sehingga bodinya lebih ringkas dan ringan. Cahaya langsung memberikan sinyal ke sensor dan tampilan elektronik di jendela bidik atau layar belakang, memungkinkan preview eksposur real-time.

Seri mirrorless kini mampu menyaingi DSLR dalam hal kecepatan rana, kualitas gambar, dan performa video (hingga 4K/8K). Kelebihan lain termasuk kecepatan burst tinggi, mode silent shooting, serta fokus otomatis canggih berbasis deteksi mata dan objek.

Artikel Lainnya: Mengenal Fitur Keamanan Roblox Terbaru, Perlindungan Digital untuk Generasi Muda

Seperti DSLR, mirrorless tersedia dalam varian full-frame dan crop-sensor. Kekurangan utamanya adalah daya tahan baterai lebih pendek dan autofocus yang kadang menurun di kondisi cahaya ekstrem. Bagi pengguna yang menginginkan keseimbangan antara portabilitas point-and-shoot dan fleksibilitas lensa DSLR, mirrorless menjadi pilihan modern.

Merek terkemuka seperti Sony, Fujifilm, dan Panasonic menawarkan ekosistem lensa lengkap, sementara produsen kamera tradisional (Canon, Nikon) turut mengembangkan seri mirrorless mereka.

5. Medium Format Cameras

Medium format digital memiliki sensor lebih besar dari full-frame, namun lebih kecil dari film medium format klasik. Sensor besar ini memberikan rentang dinamis luas, reproduksi warna superior, serta noise rendah bahkan pada ISO tinggi.

Hasilnya adalah foto beresolusi tinggi dengan detail luar biasa, ideal untuk keperluan komersial, iklan, dan cetakan seni besar. Depth of field yang tipis menghasilkan bokeh halus khas medium format. Contoh populer: Fujifilm GFX 100S dengan crop atau faktor 0,8, artinya lensa 100 mm setara 80 mm pada full-frame.

Kekurangannya termasuk kecepatan autofocus yang lebih lambat dan kecepatan burst rendah, sehingga kurang cocok untuk subjek bergerak cepat. File RAW berukuran besar memerlukan storage dan komputer dengan spesifikasi tinggi dalam pengolahan. Bodi dan lensa biasanya lebih berat, serta harga yang sangat premium. Cocok untuk fotografer studio, lanskap, atau fashion yang mengutamakan kualitas gambar tanpa kompromi.

kamera untuk fotografi

6. Action Cameras

Action camera, seperti GoPro Hero, dirancang untuk ketahanan ekstrem dan perekaman hands-free. Bodi yang ringkas dan tahan banting, serta aksesori housing tahan air, memungkinkan foto dan video di lingkungan keras, mulai olahraga air hingga trail motor. Sensor dengan sudut pandang lebar (wide-angle) merekam pemandangan imersif, sementara stabilisasi elektronik minimalkan goyangan.

Kontrol via smartphone memberi kemudahan framing dan pengaturan jarak jauh. Kekurangan termasuk viewfinder yang kecil, jika ada dan fokus tetap yang membatasi kreativitas depth of field. Digital zoom biasanya terbatas, sehingga komposisi subjek harus mengandalkan framing fisik.

Meski kualitas unggul untuk perekaman aksi, outputnya tidak setajam kamera dengan sensor lebih besar. Namun, untuk vlogging petualangan atau dokumentasi olahraga ekstrem, action camera tetap andalan berkat ukurannya yang mungil, mudah dipasang, dan tahan kondisi apa pun.

7. 360 Cameras

Kamera 360° menggunakan dua lensa bersudut lebar yang saling membelakangi untuk menangkap panorama setengah bola hingga lingkaran penuh. Hasilnya adalah foto dan video yang bisa dilihat interaktif dalam Instagram Stories atau aplikasi VR.

Setiap sudut scene tertangkap secara simultan, menciptakan pengalaman imersif ala Google Street View. Keunggulannya, kemampuan live streaming 360°, mountable pada berbagai permukaan (mobil, drone, helm), dan kompak. Tantangannya meliputi output resolusi per mata lensa yang lebih rendah, potensi stitching error ketika menyambung dua gambar, serta sulitnya menghindari objek “rekan tim” yang memegang kamera.

Komposisi shot juga lebih rumit karena tidak ada batas frame tradisional. Meski lebih niche, kamera 360° cocok untuk dokumentasi event, virtual tour, atau konten digital inovatif yang menuntut pengalaman melihat sekeliling.

8. Film Cameras

Kamera film mungkin terkesan kuno, namun tetap menjadi salah satu jenis kamera untuk fotografi. Meski begitu, kamera itu terus diburu oleh penggemar estetika analog. Kamera 35 mm, medium format, hingga large format menawarkan gradasi tonal dan tekstur unik yang sulit ditiru digital. Instant camera lomography memberikan efek vignette dan saturasi warna ala Instagram. Rangefinder klasik menawarkan viewfinder optik cerah dan body retro. Kelebihan film mencakup hasil cetak besar tanpa kehilangan detail (terutama medium/large format) dan karakter foto “organik.”

Namun, proses pengambilan gambar lebih rumit: tidak ada preview instan, perlu roll film, pengeluaran berkelanjutan untuk film dan lab, serta risiko kesalahan fokus atau eksposur. Bagi fotografer yang menghargai proses kreatif dan elemen kejutan saat menghasilkan foto, film camera tetap menarik meski memerlukan dedikasi lebih tinggi.

9. Instant Cameras

Instant camera memadukan nostalgia dan kepraktisan, setiap jepretan langsung tercetak dalam hitungan detik. Populer di kalangan event photography, pesta, atau gathering, karena memungkinkan berbagi kenangan fisik dengan sekali jepret. Fujifilm Instax mini dan wide, menawarkan media instan warna atau monochrome.

Kualitas cetak tidak setajam hasil lab, dengan dynamic range lebih sempit, tetapi memberikan keunikan estetika vintage. Media instan tahan lama dan cocok untuk album kenangan. Biaya per lembar jepret bisa ditekan dengan pembelian bulk film.

Kendala meliputi ukuran cetak yang kecil (maksimal 5×7 inci), kontrol exposure terbatas, dan kurangnya opsi kreativitas seperti ganti lensa. Meski begitu, instant camera tetap populer sebagai alat dokumentasi cepat dan interaktif, menghidupkan momen secara langsung.

kamera untuk fotografi

10. Smartphone Cameras

Smartphone kini menjadi salah satu jenis kamera untuk fotografi terbanyak digunakan di dunia. Sensor kecil diimbangi algoritma computational photography yang canggih: HDR, night mode, portrait mode, dan AI-based scene recognition menghasilkan foto berkualitas tinggi. Banyak ponsel flagship menawarkan multi-lensa: ultra-wide, wide, telephoto, hingga macro, menyediakan fleksibilitas komposisi.

Fitur RAW capture dan video hingga 8K memperluas spektrum pengguna, termasuk profesional yang butuh kemudahan sharing instan. Aplikasi editing terintegrasi makin memudahkan retouch langsung di perangkat.

Namun, keterbatasan sensor memengaruhi performa low-light dan depth of field alami. Digital zoom juga punya batas, meski beberapa model terbaru mendekati optical pada focal tertentu. Kelebihan utama adalah portable, selalu ada dalam genggaman, serta kemampuan langsung upload ke media sosial.

11. Rugged Cameras

Rugged camera dirancang untuk tahan kondisi ekstrem: tahan air, debu, beku, dan guncangan. Olympus Tough TG‑6 contohnya: kedap air hingga 15 m, tahan banting dari 2,1 m, dan kebal suhu beku. Ringkas seperti point-and-shoot, tetapi bodi dan lensa dilapisi material kokoh.

Ideal untuk fotografi outdoor seperti snorkeling, ski, atau pendakian, tanpa perlu housing tambahan. Kualitas gambar biasanya standar, sensor kecil dan lensa tunggal, tapi stabilisasi dan mode makro unggul.

Kekurangannya adalah kompromi optik demi kekokohan, serta keterbatasan dalam depth of field dan zoom. Bagi petualang atau content creator luar ruangan yang butuh kamera “bisa diajak terjun” ke kondisi sulit, rugged camera memberikan keseimbangan antara ketahanan dan kualitas foto yang masih memadai.

12. Digital Cinema Cameras

Digital cinema camera didesain khusus untuk produksi film profesional. Sensor besar (super 35 mm atau lebih), resolusi hingga 8K, dan rentang dinamis luas memungkinkan detail warna dan bayangan optimal, crucial dalam Color Grading pasca produksi.

Mendukung format RAW untuk fleksibilitas maksimal, serta codec high-bit-depth. Kontrol exposure, shutter angle, dan gamma curve presisi memudahkan eksekusi estetika sinematik. Bodi ergonomis memuat input audio XLR, mounting rig, dan monitor eksternal.

Kekurangannya, harga sangat tinggi, konsumsi daya besar, dan ukuran cukup besar, kurang praktis untuk shooting “run-and-gun.” Cocok untuk sinematografi, iklan, dan dokumenter berkualitas tinggi, di mana output visual premium lebih penting daripada portabilitas.

13. Drones

Drone photography membuka perspektif udara yang sebelumnya sulit dijangkau. Kamera terintegrasi, biasanya 1–1,2 inci sensor, dilengkapi gimbal stabilisasi 3-sumbu, menghasilkan video halus dan foto tajam dari ketinggian.

Fitur waypoint, follow-me, dan obstacle avoidance meningkatkan efektivitas pengambilan gambar, terutama untuk lanskap, properti real estate, atau dokumentasi event. Drones memungkinkan framing dinamis: bird’s-eye view, top-down, dan orbit shot. Kendala regulasi, lisensi pilot, dan cuaca memengaruhi operasional.

Baterai terbatas, biasanya 20–30 menit terbang, serta kebisingan motor dapat mengganggu subjek. Meskipun tidak sebanding dengan kualitas sensor mirrorless penuh, drone tetap menjadi tool penting bagi profesional yang butuh angle unik dan coverage area luas dengan waktu singkat.

Itulah jenis kamera untuk fotografi yang bisa kita ketahui. Gimana? Sudah tidak penasaran kan tentunya jenis kamera untuk fotografi?

Imadudin Adam

Bantu Share Ya :)

Tinggalkan komentar

x